Kamis, 03 Maret 2011

Perekayasaan mikro bagi otot

Para ilmuwan Italia telah mengembangkan suatu model in vitro untuk memelajari physiopathology otot manusia yang dapat memberikan hasil masukan yang tinggi dan screening berbiaya rendah pada beberapa terapi bagi penyakit otot genetis.

Duchenne muscular dystrophy (DMD) merupakan bentuk penyakit otot menyusut yang umum pada masa kanak-kanak, mempengaruhi satu dari 3500 kelahiran anak laki-laki, namun masih tidak diketahui pengobatan untuk penyakit ini. Beberapa model dengan menggunakan sel-sel hewan untuk memelajari perkembagan dan perbaikan otot telah digunakan akan tetapi Nicola Elvassore dan para koleganya dari University of Padova, sekarang ini telah merekayasa suatu kondisi kultur mikroskala dengan menggunakan jaringan manusia.

Sel-sel hewan tidak selalu langsung dapat mentransferkan pada kultur sel manusia, jelas Elvassore. ‘Suatu model in vitro pada manusia sangat mampu meningkatkan pemahaman physiology dan physiopathology manusia,’ tambahnya.

Pada kasus luka pada jaringan atau beberapa sel menjadi rusak, sel-sel progenitor dapat diaktifkan untuk menyembuhkan jaringan dengan suatu proses yang dikenal sebagai diferensiasi. Model dari Elvassore menyelidiki diferensiasi dari myoblast manusia, yang mendorong perkembangan serat-serat otot, untuk menilai beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan beberapa otot.

Tim ini mengkulturkan myoblasts yang diambil dari pasien DMD dan donor yang sehat pada suatu hydrogel terfungsionalisasi. Mereka menemukan pembarisan myoblasts kedalam beberapa jalur paralel yang dikombinasikan dengan penggunaan suatu protein adhesif yang mengembangkan fusi mereka kedalam serat otot yang fungsional. Serta, sel-sel yang sehat mengekspresikan protein dystrophin, yang menghubungkan serat otot pada matriks di sekitarnya, dan defisiensinya merupakan salah satu penyebab utama DMD. ‘Myotubes manusia yang mengeksprsikan dystrophin in vitro merupakan persyaratan pertama dan fundamental terhadap investigasi yang cepat pada kelayakan dan efisiensi beberapa terapi inovatif,’ kata Elvassore.

Elvassore menambahkan bahwa fleksibilitas teknologi ini dapat dengan mudah mengembangkan secara luas sistemnya pada penyakit genetis lainnya.


sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar