Flame fotometer adalah suatu metoda analisa yang
berdasarkan pada pengukuran besaran emisi sinar monokromatis spesifik pada
panjang gelombang tertentu yang di pancarkan oleh suatu logam alkali atau
alkali tanah pada saat berpijar dalam keadaan nyala.
Besaran Intensitas sinar pancaran ini, ternyata
sebanding dengan tingkat kandungan unsur dalam larutan, sehingga metoda flame
fotometer digunakan untuk tujuan kuantitatif dengan mengukur Intensitasnya
secara relatif. Metoda ini menggunakan foto sel sebagai detektornya dan pada
kondisi yang sama digunakan gas propana atau elpiji sebagai pembakarnya untuk
membebaskan air sehingga yang tersisa hanyalah kandungan logam.
Atomizer
adalah bagian dari alat pada flame fotometer untuk merubah sampel dari suatu
larutan menjadi suatu aerosol atau kabut yang kemudian masuk kedalam nyala.
Proses ini merupakan proses yang paling penting dalam menentukan hasil dari
analisa nyala. Untuk mendapatkan nyala yang tetap maka pembakar harus disuplay
dengan bahan bakar dan oksigen/udara dengan tekanan yang tetap
Prinsip
dari flame fotometer ini adalah pancaran cahaya elektron yang diemisi dari
keadaan tereksitasi dan kemudian kembali ke keadaan dasar. Keadaan tereksitasi
ini terjadi apabila elektron dari atom netral keluar dari orbitalnya menuju
orbital yang lebih tinggi. Proses eksitasi berlangsung dengan waktu yang
relatif sangat singkat sekali. Sesaat setelah tereksitasi, elektron tersebut
akan kembali ke keadaan dasarnya dan proses ini dinamakan emisi. Dalam keadaan
teremisi inilah elektron tesebut akan memancarkan sejumlah sinar monokromatis
tertentu. Dalam keadaan berpijar, logam-logam tertentu akan menghasilkan
pijaran warna tertentu pula. Kita mengenal bahwa Natrium akan menghasilkan
pijaran warna kuning, Kalium memancarkan sinar ungu sedangkan Litium akan
memancarkan sinar merah.
Fotometri nyala berdasarkan kepada kenyataan bahwa
sebagian besar unsur akan tereksitasi dalam suatu nyala pada suhu tertentu.
Eksitasi terjadi apabila elektron dari atom netral keluar dari orbitalnya ke
orbital yang lebih tinggi. Dan bila terjadi eksitasi atom, ion molekul akan
kembali ke keadaan semula dan akan memancarkan cahaya pada panjang gelombang
tertentu.
Dipancarkannya warna sinar yang berbeda-beda atau
warna yang khas oleh tiap-tiap unsur disebabkan oleh karena kalor dari suatu
nyala. Nyala elektron pada kulit paling
luar dari unsur-unsur tersebut tereksitasi dari tingkat dasar ke tingkat yang
lebih tinggi yang dibolehkan. Pada waktu elekton-elektron tereksitasi ke
tingkat dasar akan diemisikan oleh foton yang energinya :
Eemisi
= Eeksitasi - Edasar
Besaran
intensitas sinar pancaran ini juga sebanding dengan tingkat kandungan unsur
dalam larutan, ini digunakan pada flame fotometri untuk tujuan kwantitatif
dengan melakukan pengukuran intensitasnya secara relatif menggunakan detector
fotosel pada kondisi yang sama. Dimana gas bahan bakarnya digunakan gas bahan
bakar berupa propane / elpiji dan gas pembakaran udara.
Perbedaan alat ini terletak pada monokromatornya,
dimana pada alat pertama digunakan filter sebagai monokromatornya dan alat
kedua menggunakan alat pengatur panjang gelombang sebagai monokromatornya.
Flame
fotometer memiliki beberapa instrumen yang digunakan untuk tujuan analisa
kuantitatif, diantaranya adalah :
·
Filter
flame fotometer
·
Filter
flame fotometer menggunakan filter pada monokromatornya dan analisa terbatas
hanya untuk unsur Na, K dan Li.
·
Spektro
flame fotometer
·
Pada
spektro flame fotometer yang berfungsi sebagai monokromatornya adalah pengatur
panjang gelombang baik prisma atau kisi difraksi dan digunakan untuk analisa
unsur K, Ca, Mg, Sr, Ba, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar